Powered by Blogger.

Berita Terbaru

    Listing Populer

Kanker Indung Telur


Ternyata, indung telur (ovarium) seorang wanita pun tidak luput dari serangan kanker. Tumor ganas yang tumbuh dalam organ reproduksi ini kita kenal dengan sebutan kanker indung telur. Meski lebih sering diderita oleh para wanita yang berusia lebih dari 50, kanker ini sebenarnya dapat menyerang wanita dari kelompok usia yang lebih muda. Berdasarkan jenis sel yang membentuknya, kanker indung telur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: kanker epitelial, kanker sel germinal, dan kanker stromal. Kanker epitelial ialah kanker indung telur yang bermula di permukaan ovarium dan merupakan jenis yang paling lazim ditemukan. Sedangkan kedua jenis yang lainnya lebih jarang ditemukan. Bagaimana tanda dan gejalanya?Berhubung tanda dan gejalanya yang tidak jelas, kanker indung telur sering kali baru terdiagnosa pada stadium yang lebih lanjut dimana massa tumor sudah mulai menekan organ-organ di sekitarnya. Namun, tanda dan gejala kanker indung telur dapat berupa:

* Rasa tidak enak di perut.
* Gangguan saluran cerna yang terus-menerus, seperti diare, kembung, atau sembelit.
* Rasa nyeri dan berat di rongga panggul.
* Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
* Pembengkakan perut yang tidak nyeri.
* Perdarahan melalui vagina yang tidak lazim.
* Mual-mual.
* Kehilangan nafsu makan.
* Sering buang air kecil.
* Sesak napas.
* Demam.
* Nyeri saat berhubungan intim.

Bagaimana kanker ini bisa timbul? Ketika sel-sel telur menembus selubung ovarium pada saat ovulasi, selubung tersebut mengalami sedikit kerusakan –kadang-kadang bahkan sampai terjadi sedikit perdarahan. Kemudian sel-sel baru tumbuh untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak. Kadang-kadang, sebuah sel abnormal tercipta dan sel itu pada akhirnya dapat menjadi sebuah sel kanker yang ganas. Namun, para ahli masih belum mampu memastikan faktor apa yang memicu tumbuhnya sel-sel abnormal ini. Sel-sel kanker dapat tumbuh keluar dari ovarium serta menyebar ke berbagai jaringan dan organ di dekatnya. Bila kanker indung telur yang diderita oleh seorang wanita mulai mengalami penyebaran, maka ia cenderung untuk menyebar ke peritoneum (selaput dinding perut) dan diafragma (sekat rongga badan). Terkadang, sel-sel kanker juga dapat menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Apabila keadaan ini terjadi, maka sel-sel kanker dapat menyebar dan tumbuh sebagai jaringan-jaringan tumor baru di berbagai bagian tubuh yang lain. Jadi, apa saja faktor risikonya? Para ahli telah menemukan sederetan faktor spesifik yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengidap kanker indung telur jenis epitelial. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

* Usia: Sebagian besar kanker indung telur mulai berkembang setelah seorang wanita memasuki masa menopause. Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada wanita-wanita yang telah berusia lebih dari 65.
* Riwayat reproduksi: Para wanita yang mulai datang bulan sebelum usia 12, tidak memiliki anak atau memilikinya setelah usia 30, dan/atau mengalami menopause setelah usia 50, kemungkinan memiliki risiko mengidap kanker indung telur yang lebih besar.
* Penggunaan obat-obat kesuburan: Setelah melakukan serangkaian penelitian, para ahli menemukan bahwa penggunaan obat-obat kesuburan dalam waktu lama dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya kanker indung telur. Apalagi bila pemakainya tidak pernah berhasil mencapai kehamilan.
* Riwayat kanker indung telur dalam keluarga: Risiko mengidap kanker indung telur para wanita dapat meningkat bila ada anggota keluarga mereka yang mengidap kanker tersebut. Sekitar 10 persen kasus memiliki riwayat kanker indung telur dalam keluarga.
* Riwayat kanker payudara: Para wanita yang pernah mengidap kanker payudara ternyata memiliki risiko yang lebih besar juga untuk mengidap kanker indung telur.

Sebagai informasi, faktor-faktor risiko di atas tidak berlaku untuk kedua jenis kanker indung telur yang lain. Kesulitan untuk melakukan deteksi dini Para wanita dan dokter boleh dikatakan 'buta' ketika berbicara mengenai pemeriksaan dan deteksi dini. Pada saat ini masih belum ada jenis pemeriksaan dan metode deteksi terbaik untuk kanker ovarium. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menyarankan agar para wanita melakukan pemeriksaan fisik dan panggul secara rutin setiap tahun. Selama suatu pemeriksaan panggul, dokter akan menilai keadaan kedua indung telur dan rahim untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan konsistensinya. Para dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan USG transvagina bagi para wanita yang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah instrumen lewat vagina dan hasilnya ternyata cukup dapat diandalkan. Para dokter mungkin juga akan melakukan suatu tes darah CA-125 bagi mereka yang berisiko tinggi. CA-125 merupakan suatu senjata yang cukup ampuh untuk memonitor apakah kanker indung telur yang telah diobati mulai kambuh kembali. Namun hasil-hasilnya sebagai sebuah alat pemeriksaan awal seringkali keliru dan menyesatkan.


Post Comment

No comments:

Berikan Tanggapan Anda